Konsep Tari

Karya tari Matah Ati merupakan garapan yang mengutamakan vokal sebagai media ekspresi dengan gerak tari jawa sebagai media ungkap bentuknya. Olahan karya tari ini mencoba pula melakukan re-interpretasi dan mengeksplorasi gaya khususnya gaya tari Istana Mangkunegaran, lebih spesifiknya adalah “Langendriyan” yang diciptakan oleh Mangkoenagoro IV, sebagai konsep pertunjukan serta menjadi dasar garapan tari dengan judul Matah Ati ini.

Dinamika dalam karya tari ini dibangun melalui elemen suara, baik yang dilakukan oleh penari maupun pemusik, yang mana vokal penari tunggal dan juga koor menjadi sangat puitis, diharapkan mewarnai pertunjukan ini menjadi pertunjukan opera tari yang sangat ekspresif.

Gerak yang menjadi komponen penting dalam karya tari ini juga digarap sedemikian rupa. Sebagaimana halnya sebuah tarian ritual dan meditatif yang membangun suasana tarian menjadi sakral dan magis. Dengan karakter lembut dan ketajaman disertai gerak yang mengalir dan kontras ke dalam bentuk teatrikal yang dibangun oleh karakter penari untuk menghadirkan suasana yang puitis dan artistik.

Pengungkapan ide cerita melalui dialog antar tokohnya, lewat tembang-tembang jawa seperti pada Langendrian. Isinya adalah menyampaikan perjuangan Raden Mas Said atau yang dikenal dengan nama Pangeran Samber Nyowo. Dalam perjuangannya melakukan perlawanan terhadap VOC yang menghancurkan tatanan nilai, keangkaramurkaan, serta ketidakadilan. Suasana peperangan melahirkan kisah cinta Raden Mas Said danRubiyah.

Karawitan sebagai iringan memberi aksentuasi yang sangat harmonis dalam tembang dan gending yang digarap untuk kebutuhan karya ini, sehingga memperkuat isi atau makna yang terdapat pada setiap adegan. Tentunya karya ini dimaksudkan untuk menyajikan tarian, musik gamelan, serta dialog menjadi satu kesatuan yang utuh yang melibatkan desain artistik panggung menjadi pertunjukan opera jawa yang akan memberi warna baru dalam kasanah seni pertunjukan tari di Indonesia dan dunia.