Sinopsis
Cinta dan kekaguman, gejolak dalam peperangan, menjadikan RUBIYAH, seorang gadis dari desa MATAH membulatkan tekad untuk menerima lamaran dari seorang ksatria yang sangat dikenal keberaniannya melawan penjajahan VOC yang semena-mena menjadikan ketidakadilan terhadap rakyat pada jaman itu. Pada pertengahan abad ke-18 di Tanah Jawa terjadi peperangan dan pemberontakan melawan tentara VOC yang tidak terkendali oleh Ksatria dari Surakarta yaitu Raden Mas Said yang dikenal dengan sebutan PANGERAN SAMBERNYOWO.
Begitu mengagumi saat melihat seorang gadis bernama Rubiyah yang memancarkan sinar dari tubuhnya, menandakan wanita yang diberi kelebihan, oleh sang pencipta, sehingga membuat Raden Mas Said kagum, terpesona dan jatuh cinta kemudian memutuskan untuk menjadikan Rubiyah pendamping dalam hidupnya. Untuk gadis inilah spirit dalam jiwa untuk berjuang menegakkan ketidakadilan untuk menolong rakyatnya. Ketangkasan Rubiyah, Keindahan dalam menari, kelembutan seorang istri yang begitu mulia hatinya, dengan paras yang cantik serta sangat sederhana menjadikan sempurnanya seorang wanita. Disisi lain berubah bringas dalam memimpin peperangan dikelompok prajurit wanita yang sangat tangguh. Karena keprihatinannya melihat keadaan dan rasa Cinta serta pengabdian kepada sang tambatan hati jadilah Rubiyah penguat jiwa disaat menumpas lawan-lawannya.
Hingga 16 tahun peperangan dan pemberontakan karena pihak lawan merasa kewalahan maka diadakanlah perjanjian. Jadilah Raden Mas Said seorang penguasa yang bergelar KANGJENG GUSTI PANGERAN ADIPATI ARYA MANGKOENAGORO I, Rubiyah menjadi istri dengan nama Bendara Raden Ayu MATAH ATI karena lahir di desa MATAH dan bisa juga diartikan melayani Hati Sang Pangeran.
Dari beliaulah turun para penguasa Istana MANGKUNEGARAN.