Konsep Produksi
Ide, konsep dan naskah karya tari ‘Matah Ati’ ini ditulis oleh BRAy Atilah Soeryadjaya sejak tahun 2008. Kedekatannya dengan tradisi dan budaya Jawa sejak usia anak-anak membuatnya ia sangat peduli akan pelestarian budaya Jawa.
Cerita tersebut berkisar tentang perjalanan cinta dan perjuangan pemimpin prajurit perempuan bernama Rubiyah ‘Matah Ati’ yang kemudian melahirkan garis keturunan Mangkunegaran. Rubiyah yang setelah dipersunting Raden Mas Said diberi nama BANDORO RADEN AYU KUSUMA MATAH ATI atau dikenal juga BRAY KUSUMA PATAH ATI. Nama beliau memiliki dua versi dengan arti yang sama yaitu Matah atau Patah yang dalam bahasa Jawa artinya melayani. Dalam hal ini, penulis memilih judul ‘Matah Ati’ berdasarkan pemikiran bahwa selain memang Rubiyah dilahirkan di desa Matah juga dapat memberikan kesan yang lebih positif daripada Patah Ati yang dapat juga diartikan sebagai patah hati (broken heart) yang sesungguhnya sangat berbeda dengan makna sebenarnya, yaitu ‘melayani hati sang pangeran’.
Dalam karya ini Penulis mengangkat tokoh Rubiyah karena beliau seorang tokoh wanita yang mumpuni dengan setting pada abad 18 di Jawa dimana tokoh ini bisa dijadikan contoh dan inspirasi untuk generasi muda Indonesia dalam melihat nilai-nilai tradisi dan kebudayaanya, bahwa pada abad 18 sudah ada pejuang-pejuang wanita yang tangguh. Juga karena Penulis dilahirkan dari lingkungan Istana Mangkunegaran, yang berkeinginan untuk mengetahui lebih dalam lagi tentang asal garis keturunan leluhurnya dan ternyata terungkap dari hasil riset yang menyatakan bahwa keturunan Mangkunegaraan yang berawal dari Raden Mas Said dan Rubiyah (BRAy Kusuma Matah Ati).